Diduga Investasi Bodong, Kampoeng Kurma 'Tilap' Dana Nasabah

Ilustrasi. 

PT Kampoeng Kurma perusahaan yang menawarkan investasi syariah kesandung masalah. Mereka diduga melarikan dana nasabah dan sampai saat ini belum menunaikan kewajibannya kepada investor.

Irvan Nasrun, salah satu investor di Kampoeng Kurma, menyatakan perusahaan menawarkan investasi kepadanya sekitar akhir 2016 dan awal 2017. Investasi yang ditawarkan berupa kavling tanah yang nantinya ditanami pohon kurma dan dibangun kolam ikan lele.

Ada dua penawaran. Pertama, satu kavling dengan nilai investasi Rp99 juta dan luas lahan 400 meter-500 meter persegi.


Nantinya, ada lima pohon kurma yang ditanam di lahan seluas itu.  Kedua, manajemen menawarkan investasi yang lebih murah sebesar Rp30 juta dengan lahan seluas 100 meter persegi.
Di 

sini, perusahaan akan menanam dua pohon kurma dan kolam ikan lele berisi 10 ribu ikan.  "Nanti dijanjikan mereka rawat dulu pohon kurmanya sampai lima tahun atau sampai berbuah. Setelah menghasilkan nanti bagi hasil sama manajemen Kampoeng Kurma," ujar Irvan kepada CNNIndonesia.com, Selasa (12/11).

Dengan nilai investasi tersebut, investor dijanjikan keuntungan sebesar Rp30 juta untuk satu pohon kurma yang sudah berbuah dalam satu tahun. Artinya, investor minimal mendapatkan keuntungan Rp150 juta per tahun untuk satu kavling yang berisi lima pohon kurma.

Sementara, Irvan menyebut manajemen menawarkan keuntungan sebesar Rp15 juta untuk satu kolam setiap kali panen. Dengan begitu, investor akan mendapatkan keutungan sekitar Rp75 juta untuk dua pohon kurma dan satu kolam ikan lele.

Irvan, sebagai karyawan swasta pun tertarik dengan iming-iming tersebut. Ia bahkan mengucurkan dana hingga Rp417 juta untuk membeli tujuh kavling tanah.


"Saya beli tiga kavling yang harganya Rp99 juta dan empat kavling dengan harga Rp30 juta," tutur Irvan.

Sayang, hingga detik ini Irvan belum memegang Akta Jual Beli (AJB) atas kavling yang ia beli pada 2017 lalu. Pohon kurma dan kolam ikan lele yang dijanjikan pun tidak tampak di kavling yang ia beli.

"AJB sampai sekarang belum ada, bahkan banyak yang lokasinya tidak sesuai dengan perjanjian. Misalnya beli di mana, jadi di mana. Ada yang beli di Jonggol jadinya di Cirebon," papar dia.

Ia dan beberapa investor lain pun sudah berkali-kali datang ke kantor manajemen di Bogor. Hanya saja, mereka tak pernah bisa menemui direktur utama dari PT Kampoeng Kurma.


"Kami hanya bisa bertemu dengan dengan istri yang punya. Kalau direktur utamanya selalu alasan di luar kota," ujar Irvan.


Sejauh ini kata Irvam, staf dari PT Kampoeng Kurma mengaku hanya memiliki sisa dana sebesar Rp5 juta. Padahal, beberapa investor sudah mengajukan untuk pengembalian (refund).

"Karena sisa uang mereka hanya Rp5 juta, kami mau minta aset kantor mereka dijual saja tapi mereka tidak mau," ucapnya.

Oleh karena itu, Irvan dan beberapa investor lainnya akan segera melaporkan hal ini kepada kepolisian. Ia menyebut pelaporan akan dilakukan bulan ini setelah menunjuk kuasa hukum.

CNNIndonesia.com sudah mencoba menghubungi istri dari Direktur UtamaPTKampoeng Kurma,SariKurniawati untuk mengkonfirmasi hal ini. Hanya saja, yang bersangkutan belum merespons hingga berita ini diturunkan.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191112115000-78-447589/diduga-investasi-bodong-kampoeng-kurma-tilap-dana-nasabah
Share:

Recent Posts